Pertemuan Singkat
Tak
pernah kujumpai sebelumnya
Inilah
awal jumpa kita
Di
sini, kutulis awal cerita kita
Bermekaran
bunga di musim semi
Musim
salju tak akan membuatku beku
Musim
panas akan terasa hangat
Apalah
arti sebuah rasa di dalam hati
Getaran
yang sangat kencang tak terkendali
Bertemu
dirimu hal yang slalu kurindu
Cerita
ini tak ingin kuakhiri
Jikalau
harus berakhir, kuingin disini
-------------------------------------------------------------------------------------
Hari itu, di pinggir
taman dengan suasana yang tepat, angin sepoi-sepoi menemaniku. Kutatap langit
indah yang dipenuhi awan awan putih, burung- burung berterbangan kesana kemari,
bernyanyi dan menari. Cerah saat itu, sehingga aku tak dapat menatap matahari.
Cerah memang cerah, akan tetapi saat itu mentari tak menampakkan wujudnya
karena ditutupi oleh awan awan itu. Seseorang disana sedang kutunggu sejak tadi
tanpa kabar dan kuharap ia benar-benar menepati janjinya untuk datang.
Wiki, seorang teman
laki-laki yang sangat baik. Walaupun sering membuat seseorang kesal, tetapi dia
sering juga mendamaikan hati orang lain.Aku tak pernah berfikir jika ia tak
akan menepati janjinya. Selagi ia masih bisa berdiri tegak dan masih bisa
bernafas bebas, maka ia akan menepati semua janjinya. Karena memang ia tak
semudah membalikkan telapak tangan untuk berkata ia berjanji.
“Ngapain kamu disitu?”
candanya dengan sedikit tertawa. Tapi aku terdiam dan tidak menunjukkan satupun
ekspresi.
“Aku pulang ya.”
Jawabku kepadanya. Kalimat itu kuucapkan hanya untuk membalas candanya saja.
Namun dia menganggapnya serius.
“Lho, kok pulang sih?”
tanyanya bingung. Seketika aku tertawa layaknya seorang pemenang.
“Bercanda, nggak usah
dianggap serius kali. Jadi, skor kita 1 sama nih. ” jawabku.
“Yeee, kirain serius.
Iya deh 1 sama. Eh, udah lama nunggunya?” tanyanya.
“Lumayan sih. Ayo deh langsung
aja kita berangkat.” kataku.
Kemudian kamipun segera
berangkat ke tempat bermain kami. Karena kami memiliki hobi yang sama yaitu
bersepedah.
Malam ini aku tidak
bisa tidur karena bintang terlalu cerah sinarnya. Bintang itu sangat indah
bertaburan menghiasi langit malam malam ini. Bagaimana tidak, bintang secerah
ini membuatku membayangkan kejadian tadi pagi. Senang hatiku turun panas
demamku, seperti itu rasanya. Sedikit membuatku merasa gugup saat aku
bersamanya. Jantung berdebar kencang, keringat dingin mulai keluar, gugup akan
berbicara, dan mulai membisu saat menatap matanya. Jika aku diperbolehkan
bernyanyi saat aku bersamanya, aku akan bernyanyi lagu “Pelangi Di Matamu – Jamrud”. Mungkin pelangi itu dihasilkan dari
pantulan cahaya yang masuk ke matanya. Sampai saat ini aku masih terbayang raut
wajahnya.
Minggu, 2 Juni 2013
Dear
diary,
Hari ini aku ingin menulis puisi
saja rasanya.aku ingin menulis puisi yang melambangkan suasana hatiku.
Bintang
Malam
gelap nan sunyi tak akan terasa sepi
Malam
jadi terang benderang
Semua
berkat adanya kau disini
Sudah
lama ku menantikan kehadiranmu disini
Sudah
lama malamku ini mati
Kau
hiasi malamku menjadi tak sepi lagi
Kau
hidupkan malamku agar tak mati lagi
Karena
ku takut jika selamanya harus begini
Terimakasih
kuucapkan padamu bintang
Semoga
kau tak pernah merasa lelah
menerangi
malamku yang gelap
Kemudian
aku terlelap dalam tidurku, dan bermimpi. Mimpi itu membawaku terbang kemana-
mana tanpa tau arah. Tapi sebenarnya mimpi itu sedikit aneh. Ada beberapa hal yang
membuatku heran. Di sana aku bersenang – senang bersama Wiki bersepedah
keliling kota. Kemudian Wiki mengantarku masuk ke sebuah desa yang sangat
indah. Desa itu indah sekali, warganya tentram, saling menyapa dengan senyuman
antara satu sama lain. Kemudian aku dan Wiki bersepedah dan berhenti di kebun
milik seseorang yang ada di desa itu. Kami, terutama aku tersenyum lebih lepas
sambil memejamkan mata menikmati suasana kesejukan di sana. Namun saat kubuka
mataku, semua warga desa itu menghilang. “WIKI!! WIKI!! WIKI!!” teriaku dalam
mimpi itu dan membuatku terbangun dan akhirnya aku menangis. Aku sedang
dimanapun aku sendiri tak tau. Dan akupun lupa bagaimana pastinya mimpi itu
berawal dan berakhir.
Tak
lama setelah aku kenal, berteman, dan lebih akrab dengan Wiki, aku merasakan
suatu hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku merasa setiap aku
bersama Wiki, aku selalu merasa aman, nyaman, tetapi jantungku terasa
berdebar-debar lebih kencang dari biasanya. Dan setiap kali aku melihatnya
bersama orang lain, entah kenapa aku merasa iri. Aku berfikir mungkin aku suka
padanya. Tapi aku berfikir ulang, mungkinkah itu? Ataukah hal yang lain?
Setiap
hari aku selalu pulang sekolah bersaman Wiki. Dalam perjalanan pulang, aku selalu
bercanda gurau dengannya, saling menceritakan pengalaman-pengalaman dan
perjalanan hidup kami satu sama lain. Akhirnya aku yakin perasaan ini bukan
perasaan suka. Aku hanya menganggapnya sebagai sahabat, tidak lebih dan begitu
juga Wiki kepadaku.
****
“
Eh, kamu tau nggak tadi apa yang diomongin sama Bu Hilda?” tanyaku kepada Wiki.
“
Nggak tau. Sejak kapan aku pernah ndengarin perkataan Bu Hil? Kamu kan tau
sendiri aku orangnya kayak apa.” Candanya dengan gaya sedikit sombong.
“
Oh iya ya, aku lupa. Kamu kan selalu tidur di belakang kelas dan nggak pernah
mendengarkan perkataan Bu Hil.”jawabku.
“
Yeee, ya nggak gitu juga kali. Aku nggak mendengarkan, tapi aku nggak tidur.
Emang wajah- wajahku kelihatan kayak kebo yaa? Ganteng – ganteng gini disamain
sama kebo. Huh.. “ katanya.
“
Hiii, ganteng dari Hongkong? Sejak kapan kamu ganteng? Yang ada itu kamu lebih
dari sekedar mirip kebo.” Ujarku.
“Ahh,
daripada pusing ngomong masalah kegantenganku nanti nggak ada habisnya.
Mendingan sekarang aku cepet cepet pulang terus tidur.” Jawabnya akan berabjak
pergi.
“Emang
dasar kebo! Hus..! hus..! Pergi-pergi sana!” Candaku.
“Eh,
jangan lupa ntar sore ya! Seperti biasa!” teriaknya sambil masuk ke rumahnya.
Semakin
lama hubungan kita semakin akrab. Rasanya senang sekali berteman dengannya. Ya
aku akui selain aku senang karena berteman dengannya, aku juga memiliki rasa
yang lain. Sebuah perasaan yang pasti pernah dialami oleh anak remaja biasanya.
Ya itu wajar.
Rumahku dan rumah Wiki
bersebarangan. Rumah kami terletak pada kompleks perumahan Asri Indah. Tapi
kalau dipikir-pikir, perumahan kami tak terlalu terlihat hijau, jadi sebaiknya
nama perumahannya diganti saja.
Sudah tiga tahun dia
berada di sana. Aku mengenalnya, bersamanya, melalui hari dengan canda dan tawa
serta duka. Kami bermimpi bersama, berjuang bersama, dan akan mewujudkannya bersama. Itu tekad
kami!
****
“Apa?!
Kata siapa? Emang iya? Jangan bercanda deh.” Tanyaku kepada Fifi. Fifi adalah
adek perempuan Wiki.
“Iya kak, minggu depan
kita mau pindah rumah.” Jawab Fifi dan kemudian duduk di sebelahku.
“Ah, aku nggak percaya.
Kamu sama kakakmu itu sama aja. Kalau bercanda mah sukanya bikin orang kaget.”
Ujarku tak percaya dan melirik seperti orang yang marah.
“Kakak ini kalo dikasih
tau nggak percaya. Awas ya lihat aja nanti kalo perkataanku jadi kenyataan. Aku
sekeluarga mau pindah ke Sidoarjo termasuk Kak Wiki.” Katanya mengancamku.
“ Beneran?” tanyaku dan
kemudian bangkit dari sofa.
“ Iya bener” jawabnya.
“Nggak bercanda?”
tanyaku mendekatinya sambil tersenyum seperti memastikan itu benar atau tidak.
“Iyaaa kakaaaaaak!”
jawab Fifi kesal.
Akupun kembali duduk di
sofa dan diam membisu karena terkejut. Aku tak menyangkanya. Dia? Akan pindah
rumah? Secepat ini? Tanyaku diam dalam hati.
“Yaudah deh sekarang
aku pulang dulu yeee, daaaah.” Berdiri dari tempat duduknya kemudian beranjak
pulang sambil melambaikan tangannya kepadaku.
Aku hanya membalasnya
dengan tatapan kosong dan melambaikan tangan perlahan. Kemudian aku cepat-cepat
mengambil handphone dan mengirimkan pesan kepada Wiki.
“Wey mas bro. Kata adek kecilmu itu kau sekeluarga mau pindah yee?”
kataku dalam pesan itu.
“Iyee, aku juga pindah sama Fifi juga harus pindah sekolah juga neh.
Males bangeet -_-” balasannya dalam pesan.
“Ciyeee pindah rumah ciyee. Kenapa pindah rumah?” balasanku ingin
tau.
“Ya kan aku ikut aja. Orang tuaku kerjanya pindah-pindah sih jadinya aku
harus pindah juga. Ohya, jangan kangen yaa :D” katanya.
“Idiiiih pede banget sih! Sapa juga yang kangen. Yang ada aku malah
makin tentram kalo kamu pindah. Jadi damaaaaiiii :D” balasku. Aku mengirim
seperti itu sambil tersenyum, tapi sebenarnya aku tak ingin dia pergi.
“Sudah-sudah jangan diungkiri kalo kamu bakal kangen sama aku. Tapi jangan
khawatir, aku bisa jaga diri kok. :)” ujarnya.
“Udah-udah! Cukup sudah! -_-” balasku.
“Terima kasih :)” balasnya. Kemudian aku tak lagi membalas pesannya.
Seminggu kemudian, dia
pindah rumah dan pindah sekolah juga. Salam perpisahan yang ia berikan kepadaku
di tempat bermain kita biasanya. Tersenyum melihatnya pergi dengan senyuman.
Setiap hari saat aku bermain bersama
teman-temanku yang lainnya, aku tidak merasakan sesenang saat aku bersama Wiki.
Banyak teman di sekitarku berusaha menghiburku, tetapi aku tetap merasakan
kesepian. Aku melamun sambil mendengarkan beberapa lagu yang ada si iPodku. “...ketika
kesepian menyerang diriku, nggak enak badan resah tak menentu. Kutau satu cara
sembuhkan diriku, ingat teman-temanku. Don’t you worry just be happy, mending
happy happy. Kamu sangat nerarti istimewa di hati, slamanya rasa ini. Jika tua
nanti kita tlah hidup masing-masing, ingatlah hari ini..”
Malamnya, aku menatap
langit serta bintang dan berkata dalam hati “Oh bintang sekarang Wiki sudah pergi. Entah kenapa aku merasa kesepian
padahal masih banyak teman teman dan orang orang lain di sekitarku. ” tanpa
sadar air mataku menetes. Belum lama kemudian langit gelap tanpa satupun
bintang dan malam terasa sangat sunyi dan hampa. Mungkinkah ini arti dari
mimpiku saat itu?
Baru Sebentar Saja
Baru
saja kita berjumpa
Namun
cerita tertulis tentang kita
Canda,
tawa, senang, susah kita lalui bersama
Kini
semua tinggalah sebuah kenangan
Kenangan
itu selalu kurindu
Angin
membawamu pergi
Namun
air tak dapat membawamu kembali
Rintik
hujan itu tak dapat menghapus jejakmu
Rintik
hujan hanya dapat menghapus airmataku
Katapun
tak dapat menghantarkan kepergianmu
3 komentar:
Memaaang bagus sekali dek echa
Hai
tugas sekolah hehehee..
Posting Komentar