Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Otoboigrafi

     Nama lengkap saya Alissa Hayatunnufus. Sejak kecil, saya biasa dipanggil Echa. Saya lahir di sebuah kota yang cukup besar. Kota Malang, pada tanggal 19 bulan September tahun 1998. Di sekolah, teman sebagian teman saya memanggil echa atau dengan sebutan alay echachichu.
     Saya lahir di sebuah keluarga sederhana, dengan seorang ayah, seorang ibu, dan seorang kakak perempuan. Ayah saya bernama Suryo Tri Harjanto, lahir pada tanggal 20 Januari tahun 1960, tamatan pascasarjana di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Sekarang, beliau bekerja sebagai dosen jurusan arsitektur. Ibu saya bernama Tatin Fitria, lahir pada tanggal 13 November tahun 1973. Ibu saya hanya tinggal dirumah sebagai ibu rumah tangga saja. Dan saudara perempuan saya bernama Nabila Khaira, lahir pada tanggal 28 Maret tahun 1997. Sekarang sedang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Malang. Kami berempat tiggal di sebuah rumah sederhana di Perumahan Joyo Asri.
     Hobi saya banyak. Sejak saya SD, saya suka bermain catur. Dulu sewaktu saya kelas 5 saya pernah mengikuti lomba catur sampai tingkat kota, tetapi saya tidak dapat melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Selain bermain catur, saya juga suka berenang. Saya pernah mengikuti les renang selama 1,5 bulan saat saya kelas 4 SD. Saat itu saya hanya les renang gaya dada saja. Dan waktu saya SMP, mulai kelas 7 semester 2 hingga kelas 9 semester 2 saya mengikui kegiatan ekstrakulikuler renang di sekolah. Dan sekarang saya sudah bisa berenang gaya dada, bebas, kupu-kupu, dan gaya punggung. Selain bermain catur dan berenang, saya masih punya beberapa hobi yang lain.
     Sejak kecil hingga sekarang saya masih bingung menentukan cita-cita saya. Dulu saya ingin menjadi programer, menjadi guru, menjadi wirausahawan, atau menjadi desainer. Tapi, mungkin saat ini saya ingin menjadi desainer saja.
     Saya sekolah di TK-Asri selama 2 tahun. Lalu saya sekolah di SD Merjosari 5 selama 6 tahun. Kemudian saya sekolah di SMP Negeri 18 Malang selama 3 tahun. Dan sekarang saya melanjutkan sekolah saya di SMA Negeri 8 Malang, di kelas XMIA4.
     Sejak saya TK hingga SD saya mengikuti pelajaran mengaji juga di TPQ Al-Ikhlas. Mungkin disana saya tidak terlalu berprestasi, tapi disana saya memiliki banyak pengalaman yang cukup mengesankan. Mulai SMP kelas 8 hingga sekarang saya mengikuti organisasi remaja masjid di Masjid Al-Ikhlas. Sekarang saya juga mengikuti organisasi lain di RW saya yaitu karang taruna. Karang taruna itu bernama Singo songo. Saya dan teman-teman Singo Songo sering menjadi panitia di setiap acara-acara yang diadakan oleh RW. Kegiatan kami akhir-akhir ini adalah bermusik. Musik yang kami mainkan adalah musik kontemporer.
    
     

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

5 PUISI

Karya : Alissa Hayatunnufus
XIPA4-4

1.  Gunung Meletus
Suara gemuruh mengusik kedamaian
Getarannya pun terasa meresahkan
Langit gelap gulita menggelapkan hati
Merah kekuningan mewarnai kegelapan
Perut bumi perlahan mendesak keluar
Aroma ketakutan tercium di desa kami
Tiba saatnya kehancuran melanda
Sudahkah berakhir perjalanan hidup kami?
Inikah akhir dari segalanya?
Apakah salah kami?

2. Tanah Longsor
Malam yang sunyi melelapkan
Terdengar suara meresahkan
Namun itupun berangsur menghilang
 kedamaian malam kembali datang
Oh, hanya bunga tidur yang meresahkan
Hatipun mulai resah terasa
Ku bangun dari kelelapan
Sesak terasa kehilangan segalanya
Rumahku hilang!!
Rumahku tlah musnah diterjang tumpukan tanah

3. Keindahan Desa
Senja buta mentari hendak menampakan wujudnya
Segar hawa terasa
Hijau membentang sepanjang jalan
Indah menyejukan mata
Hatipun terasa gembira
Kicauan itu merdu terdengar
Tandatanda kehidupat telah terlihat
Ingin rasanya begini di kota
Kurasakan suasana
Indahnya didesa

4. Kelalaian Para Koruptor
Berbicara kepada manusia memang sulit
Mereka tak mengerti
Atau mereka pura-pura tak mengerti
Kehidupannya mewah diatas segalanya
Tidakkah pernah mereka membuka matanya
Melihat hal kecil hingga besar
Mungkin juga tak pernah membuka telinganya
Untuk mendengar rintihan masyarakat
Kelalaiannya menimbulkan bencana
Ribuan jiwa tak dapat merasakan keindahan dunia

5. Hidup
Tak perlu membuatnya menjadi susah
Hidup itu susah pada dasarnya
Sebenarnya bisajadi tidak
Tergantung bagaimana cara kita menjalaninya
Mau dijalani dengan susah
Hidup akan semakin susah
Andaikan hidup tak serumit ini
Maka semuanya tak akan rumit
Berkata itu memang mudah
Melakukannya itu yang susah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pertemuan Singkat ( Cerpen )

Pertemuan Singkat
Tak pernah kujumpai sebelumnya
Inilah awal jumpa kita
Di sini, kutulis awal cerita kita
Bermekaran bunga di musim semi
Musim salju tak akan membuatku beku
Musim panas akan terasa hangat
Apalah arti sebuah rasa di dalam hati
Getaran yang sangat kencang tak terkendali
Bertemu dirimu hal yang slalu kurindu
Cerita ini tak ingin kuakhiri
Jikalau harus berakhir, kuingin disini

-------------------------------------------------------------------------------------

Hari itu, di pinggir taman dengan suasana yang tepat, angin sepoi-sepoi menemaniku. Kutatap langit indah yang dipenuhi awan awan putih, burung- burung berterbangan kesana kemari, bernyanyi dan menari. Cerah saat itu, sehingga aku tak dapat menatap matahari. Cerah memang cerah, akan tetapi saat itu mentari tak menampakkan wujudnya karena ditutupi oleh awan awan itu. Seseorang disana sedang kutunggu sejak tadi tanpa kabar dan kuharap ia benar-benar menepati janjinya untuk datang.
Wiki, seorang teman laki-laki yang sangat baik. Walaupun sering membuat seseorang kesal, tetapi dia sering juga mendamaikan hati orang lain.Aku tak pernah berfikir jika ia tak akan menepati janjinya. Selagi ia masih bisa berdiri tegak dan masih bisa bernafas bebas, maka ia akan menepati semua janjinya. Karena memang ia tak semudah membalikkan telapak tangan untuk berkata ia berjanji.
“Ngapain kamu disitu?” candanya dengan sedikit tertawa. Tapi aku terdiam dan tidak menunjukkan satupun ekspresi.
“Aku pulang ya.” Jawabku kepadanya. Kalimat itu kuucapkan hanya untuk membalas candanya saja. Namun dia menganggapnya serius.
“Lho, kok pulang sih?” tanyanya bingung. Seketika aku tertawa layaknya seorang pemenang.
“Bercanda, nggak usah dianggap serius kali. Jadi, skor kita 1 sama nih. ” jawabku.
“Yeee, kirain serius. Iya deh 1 sama. Eh, udah lama nunggunya?” tanyanya.
“Lumayan sih. Ayo deh langsung aja kita berangkat.” kataku.
Kemudian kamipun segera berangkat ke tempat bermain kami. Karena kami memiliki hobi yang sama yaitu bersepedah.
Malam ini aku tidak bisa tidur karena bintang terlalu cerah sinarnya. Bintang itu sangat indah bertaburan menghiasi langit malam malam ini. Bagaimana tidak, bintang secerah ini membuatku membayangkan kejadian tadi pagi. Senang hatiku turun panas demamku, seperti itu rasanya. Sedikit membuatku merasa gugup saat aku bersamanya. Jantung berdebar kencang, keringat dingin mulai keluar, gugup akan berbicara, dan mulai membisu saat menatap matanya. Jika aku diperbolehkan bernyanyi saat aku bersamanya, aku akan bernyanyi lagu “Pelangi Di Matamu – Jamrud”. Mungkin pelangi itu dihasilkan dari pantulan cahaya yang masuk ke matanya. Sampai saat ini aku masih terbayang raut wajahnya.

Minggu, 2 Juni 2013
Dear diary,
            Hari ini aku ingin menulis puisi saja rasanya.aku ingin menulis puisi yang melambangkan suasana hatiku.
Bintang
Malam gelap nan sunyi tak akan terasa sepi
Malam jadi terang benderang
Semua berkat adanya kau disini
Sudah lama ku menantikan kehadiranmu disini
Sudah lama malamku ini mati
Kau hiasi malamku menjadi tak sepi lagi
Kau hidupkan malamku agar tak mati lagi
Karena ku takut jika selamanya harus begini
Terimakasih kuucapkan padamu bintang
Semoga kau tak pernah merasa lelah
menerangi malamku yang gelap

            Kemudian aku terlelap dalam tidurku, dan bermimpi. Mimpi itu membawaku terbang kemana- mana tanpa tau arah. Tapi sebenarnya mimpi itu sedikit aneh. Ada beberapa hal yang membuatku heran. Di sana aku bersenang – senang bersama Wiki bersepedah keliling kota. Kemudian Wiki mengantarku masuk ke sebuah desa yang sangat indah. Desa itu indah sekali, warganya tentram, saling menyapa dengan senyuman antara satu sama lain. Kemudian aku dan Wiki bersepedah dan berhenti di kebun milik seseorang yang ada di desa itu. Kami, terutama aku tersenyum lebih lepas sambil memejamkan mata menikmati suasana kesejukan di sana. Namun saat kubuka mataku, semua warga desa itu menghilang. “WIKI!! WIKI!! WIKI!!” teriaku dalam mimpi itu dan membuatku terbangun dan akhirnya aku menangis. Aku sedang dimanapun aku sendiri tak tau. Dan akupun lupa bagaimana pastinya mimpi itu berawal dan berakhir.
            Tak lama setelah aku kenal, berteman, dan lebih akrab dengan Wiki, aku merasakan suatu hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku merasa setiap aku bersama Wiki, aku selalu merasa aman, nyaman, tetapi jantungku terasa berdebar-debar lebih kencang dari biasanya. Dan setiap kali aku melihatnya bersama orang lain, entah kenapa aku merasa iri. Aku berfikir mungkin aku suka padanya. Tapi aku berfikir ulang, mungkinkah itu? Ataukah hal yang lain?
            Setiap hari aku selalu pulang sekolah bersaman Wiki. Dalam perjalanan pulang, aku selalu bercanda gurau dengannya, saling menceritakan pengalaman-pengalaman dan perjalanan hidup kami satu sama lain. Akhirnya aku yakin perasaan ini bukan perasaan suka. Aku hanya menganggapnya sebagai sahabat, tidak lebih dan begitu juga Wiki kepadaku.

****

            “ Eh, kamu tau nggak tadi apa yang diomongin sama Bu Hilda?” tanyaku kepada Wiki.
            “ Nggak tau. Sejak kapan aku pernah ndengarin perkataan Bu Hil? Kamu kan tau sendiri aku orangnya kayak apa.” Candanya dengan gaya sedikit sombong.
            “ Oh iya ya, aku lupa. Kamu kan selalu tidur di belakang kelas dan nggak pernah mendengarkan perkataan Bu Hil.”jawabku.
            “ Yeee, ya nggak gitu juga kali. Aku nggak mendengarkan, tapi aku nggak tidur. Emang wajah- wajahku kelihatan kayak kebo yaa? Ganteng – ganteng gini disamain sama kebo. Huh.. “ katanya.
            “ Hiii, ganteng dari Hongkong? Sejak kapan kamu ganteng? Yang ada itu kamu lebih dari sekedar mirip kebo.” Ujarku.
            “Ahh, daripada pusing ngomong masalah kegantenganku nanti nggak ada habisnya. Mendingan sekarang aku cepet cepet pulang terus tidur.” Jawabnya akan berabjak pergi.
            “Emang dasar kebo! Hus..! hus..! Pergi-pergi sana!” Candaku.
            “Eh, jangan lupa ntar sore ya! Seperti biasa!” teriaknya sambil masuk ke rumahnya.
            Semakin lama hubungan kita semakin akrab. Rasanya senang sekali berteman dengannya. Ya aku akui selain aku senang karena berteman dengannya, aku juga memiliki rasa yang lain. Sebuah perasaan yang pasti pernah dialami oleh anak remaja biasanya. Ya itu wajar.
Rumahku dan rumah Wiki bersebarangan. Rumah kami terletak pada kompleks perumahan Asri Indah. Tapi kalau dipikir-pikir, perumahan kami tak terlalu terlihat hijau, jadi sebaiknya nama perumahannya diganti saja.
Sudah tiga tahun dia berada di sana. Aku mengenalnya, bersamanya, melalui hari dengan canda dan tawa serta duka. Kami bermimpi bersama, berjuang bersama,  dan akan mewujudkannya bersama. Itu tekad kami!

****

            “Apa?! Kata siapa? Emang iya? Jangan bercanda deh.” Tanyaku kepada Fifi. Fifi adalah adek perempuan Wiki.
“Iya kak, minggu depan kita mau pindah rumah.” Jawab Fifi dan kemudian duduk di sebelahku.
“Ah, aku nggak percaya. Kamu sama kakakmu itu sama aja. Kalau bercanda mah sukanya bikin orang kaget.” Ujarku tak percaya dan melirik seperti orang yang marah.
“Kakak ini kalo dikasih tau nggak percaya. Awas ya lihat aja nanti kalo perkataanku jadi kenyataan. Aku sekeluarga mau pindah ke Sidoarjo termasuk Kak Wiki.” Katanya mengancamku.
“ Beneran?” tanyaku dan kemudian bangkit dari sofa.
“ Iya bener” jawabnya.
“Nggak bercanda?” tanyaku mendekatinya sambil tersenyum seperti memastikan itu benar atau tidak.
“Iyaaa kakaaaaaak!” jawab Fifi kesal.
Akupun kembali duduk di sofa dan diam membisu karena terkejut. Aku tak menyangkanya. Dia? Akan pindah rumah? Secepat ini? Tanyaku diam dalam hati.
“Yaudah deh sekarang aku pulang dulu yeee, daaaah.” Berdiri dari tempat duduknya kemudian beranjak pulang sambil melambaikan tangannya kepadaku.
Aku hanya membalasnya dengan tatapan kosong dan melambaikan tangan perlahan. Kemudian aku cepat-cepat mengambil handphone dan mengirimkan pesan kepada Wiki.
Wey mas bro. Kata adek kecilmu itu kau sekeluarga mau pindah yee?” kataku dalam pesan itu.
Iyee, aku juga pindah sama Fifi juga harus pindah sekolah juga neh. Males bangeet -_-” balasannya dalam pesan.
Ciyeee pindah rumah ciyee. Kenapa pindah rumah?” balasanku ingin tau.
Ya kan aku ikut aja. Orang tuaku kerjanya pindah-pindah sih jadinya aku harus pindah juga. Ohya, jangan kangen yaa :D” katanya.
Idiiiih pede banget sih! Sapa juga yang kangen. Yang ada aku malah makin tentram kalo kamu pindah. Jadi damaaaaiiii :D” balasku. Aku mengirim seperti itu sambil tersenyum, tapi sebenarnya aku tak ingin dia pergi.
Sudah-sudah jangan diungkiri kalo kamu bakal kangen sama aku. Tapi jangan khawatir, aku bisa jaga diri kok. :)” ujarnya.
Udah-udah! Cukup sudah! -_-” balasku.
Terima kasih :)” balasnya. Kemudian aku tak lagi membalas pesannya.

Seminggu kemudian, dia pindah rumah dan pindah sekolah juga. Salam perpisahan yang ia berikan kepadaku di tempat bermain kita biasanya. Tersenyum melihatnya pergi dengan senyuman.
 Setiap hari saat aku bermain bersama teman-temanku yang lainnya, aku tidak merasakan sesenang saat aku bersama Wiki. Banyak teman di sekitarku berusaha menghiburku, tetapi aku tetap merasakan kesepian. Aku melamun sambil mendengarkan beberapa lagu yang ada si iPodku.  “...ketika kesepian menyerang diriku, nggak enak badan resah tak menentu. Kutau satu cara sembuhkan diriku, ingat teman-temanku. Don’t you worry just be happy, mending happy happy. Kamu sangat nerarti istimewa di hati, slamanya rasa ini. Jika tua nanti kita tlah hidup masing-masing, ingatlah hari ini..”  
Malamnya, aku menatap langit serta bintang dan berkata dalam hati “Oh bintang sekarang Wiki sudah pergi. Entah kenapa aku merasa kesepian padahal masih banyak teman teman dan orang orang lain di sekitarku. ” tanpa sadar air mataku menetes. Belum lama kemudian langit gelap tanpa satupun bintang dan malam terasa sangat sunyi dan hampa. Mungkinkah ini arti dari mimpiku saat itu?


Baru Sebentar Saja
Baru saja kita berjumpa
Namun cerita tertulis tentang kita
Canda, tawa, senang, susah kita lalui bersama
Kini semua tinggalah sebuah kenangan
Kenangan itu selalu kurindu
Angin membawamu pergi
Namun air tak dapat membawamu kembali
Rintik hujan itu tak dapat menghapus jejakmu
Rintik hujan hanya dapat menghapus airmataku
Katapun tak dapat menghantarkan kepergianmu

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS